Rabu, 22 Juli 2015

Politik Dan Opini

Politik dan opini bagaikan dua sisi mata uang yang tak dapat terpisahkan, bahkan para pakar telekominikasi mengatakan bagi setiap orang atau kelompok yang berhasil menguasai opini dimasyarakat maka telah memenangkan 50% dari pertandingan.

Faktanya masih belum lekang dari ingatan kita, ketika pemilihan Presiden kemarin hampir setiap hari, jam, menit dan detik kita mendengar atau membaca baik melalui media cetak, elektronik dan online tentang istilah blusukan yang melekat dengan sosok Presiden Joko Widodo, meski akhirnya kerab mendapatkan kritikan.

Media massa tentunya memiliki peran yang sangat penting dalam memproses setiap opini yang akan dibentuk dan mengembangkannya, serta menggiringnya menjadi sebuah keputusan.

Ironisnya dalam proses pembentukan  sebuah opini kerab terjadi pembohongan fakta, bahkan tidak jarang ditambahi bumbu-bumbu fitnah agar bius opini itu langsung memengaruhi pola pikir seseorang.

Kini jelang Pilkada Kota Binjai atmosfer perang opini terasa semakin memanas dan tak tangung-tangung dilakukan secara terbuka baik itu melalui media cetak dan jejaringan sosial saling dukung mendukung calon Walikota dan Wakil Walikota yang diusungnya.

Lagi Faktanya,  tidak jarang kalimat yang digunakan dalam membuat status dan komentar di jejaringan sosial menggunakan kalimat yang tidak lazim bahkan menjurus kefitnah.
Marah, benci, kecewa dan terkadang lucu bercampur haduk ketika membaca status atau komentar yang ditampilkan, meski tanpa mereka sadari telah mengecilkan dirinya dan kandidat Calon Walikota dan Wakil Walikota yang diusungnya.

Pada hal ada etika dan tata kelola dalam membangun sebuah opini tanpa harus merusak sendi-sendi sosial dan agama sehingga tidak menimbulkan gejolak sosial yang dapat menghilangkan hakikat dari berdemokrasi.

Ingat ,!!!!, bahwa politik bahagian dari proses berdemokrasi dalam mencapai kehidupan berbangsa dan bernegara guna mewujudkan rakyat Indonesia yang sejahtera. @kezen.