Rabu, 08 Juni 2016

GENERASI FORMALIN

Generasi formalin, tidaklah berlebihan jika kekuatiran itu yang menghantui masyarakat saat ini. Bagaimana tidak hampir sebagian besar jenis makanan yang beredar dipasaran saat ini mengandung bahan pengawet yang diperuntukkan bagi pengawet mayit.

Pandangan Juminten, 45 seakan tidak ingin berkedip sedikitpun dari siaran TV yang ditontonnya, dirinya seakan tidak ingin ketinggalan menyaksikan berita yang ditayangkan dari salah satu stasiun TV yang menyiarkan tentang ditemukan banyak makanan dan minuman  dipasaran yang mengandung bahan berbahaya berupa formalin, boraks dan sejenisnya.

"Kalau kondisinya seperti ini jadi takut aku mau belik bahan makanan apapun karena semua mengandung bahan pengawet", celoteh Juminten.

Sambung Juminten, lama kelamaan generasi bangsa ini jadi generasi formalin, tandasnya.

Bagaimana tidak, kalau semua jenis makan yang beredar selama ini banyak yang mengandung bahan pengawet dan ironisnya kondisi sepertini baru terungkap disaat bulan suci rahmadan dan menjelang hari-hari besar keagamaan lainnya.

Ditambahkannya, semestinya pemerintah melakukan pengawasan secara rutin, sehingga mempersempit kesempatan para pedagang yang nakal untuk berbuat curang, harap Juminten.

Lagi Celoteh Juminten, kalau begini kondisinya lagi-lagi rakyat yang dirugikan karena belum lagi dihadapi dengan harga bahan pangan yang melambung tinggi, kini disaat bersamaan harus dihadapi kekuatiran bahan makanan yang mengandung formalin.

Ironisnya lagi kondisi seperti ini terjadi terus berulang tanpa ada kepastian yang tegas dari pemerintah menjamin bahwa kondisi seperti ini tidak kembali  terulang, harap Juminten.

Harapan yang sama juga dikatakan Margono yang juga menyaksikan tayangan berita yang sama, "Benar yang kamu katakan Juminten dan tumben pikiran kamu lagi encer", ungkap Margono dengan logat bahasa jawa yang kental.

Sambungnya, kalau semua rakyat indonesia berpikiran seperti ini tentunya akan lahir generasi yang cerdas dan tangguh bukan karena bahan pengawet, celoteh Margono dengan nada bercanda yang diikuti digelak tawa Juminten dan warga lainnya yang menyaksikan tayangan TV diwarung Wak Wito.