Rabu, 29 Oktober 2014

KONJEN JEPANG "KETUSUK SATE "

Konjen Jepang untuk Indonesia di Sumatra Utara, Mr Yuji  Hamada "ketusuk  sate "di Pameran Pembangunan Kota  Binjai (hapsak) 2014, Kamis (30/10).

Maaf,...., pembaca diminta  jangan langsung berasumsi negatif karena Konjen Jepang bukan terkena tusuk sate, melainkan petinggi Konjen Jepang itu berkesempatan  menyaksikan secara langsung pembuatan tusuk sate ketika  mengunjungi stand Dinas Perindag dan Koperasi pada acara hapsak Kota Binjai.

"ini sungguh luar biasa dan hasilnya sangat baik", sebut Mr.Yuji sembari mengangkat  jempol jari tangan kanannya kepada Walikota Binjai, HM Idaham SH, Msi dan Ibu Walikota Hj.Lisa Idaham yang mendampinginya saat itu.

Dijelaskan Idaham,  bahwa produk tusuk sate tersebut merupakan hasil dari kerajinan tangan ibu-ibu rumah tangga yang tersebar di lima sekecamatan Kota Binjai.

"Sedikitnya saat ini telah 300 unit alat pres pembuat tusuk sate batuan Pemko Binjai yang telah diserahkan", jelas Idaham menambahkan.

Lebih lanjut Walikota Binjai menjelaskan, bahwa dengan berjalannya program kerajinan tusuk sate itu, sungguh sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat karena mampuh menambah pendapatan setiap rumah tangga.

Sedikitnya berkisar Rp. 100 ribu sampai dengan Rp. 150 ribu bertambah pendapatan keluarga  masing -masing per-rumah tangga, jelas Idaham menambahkan. @keZen

Senin, 27 Oktober 2014

WUJUDKAN EKONOMI MANDIRI, LAGI WALIKOTA BINJAI SERAHKAN 100 UNIT ALAT PEMBUAT TUSUK SATE

Mengangkat tema melalui pelatihan pengerajin bambu "Kita Wujudkan Kesejahteraan Keluarga Berbasis Ekonomi Mandiri ", Walikota Binjai H.Idaham SH,Msi untuk sekian kalinya kembali menyerahkan 100 unit alat pres pembuat tusuk sate kepada seratus pengerajin bambu sekota Binjai, Selasa (28/10).

"Saya berharap dengan penyerahan alat pembuat tusuk sate ini dapat menumbuh kembangkan ekonomi kerakyatan", ungkap Idaham.

Sejatinya sebanyak 200 unit alat pres pembuat tusuk sate yang telah dibagikan kepada masyarakat, maka dengan demikian sebanyak itu pula jumlah pengerajin bambu yang telah terbina saat ini.

Untuk berikutnya lagi dalam waktu dekat ini sejumlah 100 unit akan dibagi -bagikan kepada masyarakat , khususnya diperuntukkan bagi kader Pos Yandu, guna memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat,  jelas Idaham.

Lanjutnya, bahwa minat masyarakat untuk terlibat dalam program padat karya peningkatan ekonomi kerakyatan yang tengah digalakkan mendapatkan respons yang cukup baik. Itu terbukti dengan adanya  permintaan dari kader pos Yandu yang ingin berperan serta menjadi pengerajin tusuk sate.

"Menjadi pengerajin tusuk sate ternyata cukup menjanjikan bagi peningkatan ekonomi keluarga ", ujar Idaham menambahkan.

Linda (43), salah seorang peserta pelatihan merasa bangga telah diberikan kesempatan ikut dalam program pelatihan tersebut.

"Saya sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Walikota Binjai Bapak Idaham telah diberikan  kesempatan menjadi seorang wirausahawan ", ungkapnya.

Menurutnya, meski alat yang diserahkan masih sederhana namun pada hakekatnya bapak Idaham telah membuka peluang kepada masyarakat untuk menjadi seorang pengusaha kecil, beber Linda.

Kegiatan yang diprakarsai Dekeranas Kota Binjai itu  ditandai dengan  penyerahan alat pres pembuat tusuk sate oleh Ketua Dekeranas, Hj. Lisa Idaham SH didampingi Walikota Binjai Idaham SH, Msi, Kadis Perindag  dan Koperasi, T. Syarifuddin dan pengurus Idaman Binjai Institute (IBI) sebagai lembaga pendampingan ekonomi kerakyatan. @keZen

Rabu, 15 Oktober 2014

KAMI BUKAN TIONGHA, TAPI WARGA KELAS SATU

Joko tidak mampu menutupi kekesalannya menyaksikan rumah beserta ladang peninggalan almarhum orang tuanya telah dikuasai Acai warga keturunan tiongha, bahkan dirinya tidak mampu berbuat banyak melihat Wiranto keponakannya mendapat perlakuan kasar dari Acai karena dianggap tidak becus membersihkan mobil majikannya.

"Kurang ajar sekali si Acai telah  membentak keponakan aku, mentang -mentang sekarang telah menguasai hampir semua tanah yang ada dikampung ini ", ujar Joko kepada istrinya Wati ketika itu.

Sementara itu Wati hanya  bisa berkata, "Yang sabar mas" kepada suaminya, karena saat ini kondisi telah berbeda, ungkap Wati kepada suaminya.

Lanjut Wati, bahwa sebagian besar tanah dan lahan pertanian di desa Ciberem  Kabupaten Deli Serdang  telah dikuasai warga keturunan tiongha, sedangkan warga pribumi hanya bekerja sebagai buruh taninya.

"Mereka tidak lagi menganggap dirinya sebagai warga turunan,tapi sebagai warga kelas satu ", tukas Wati.

Sehingga tidak mengherankan kalau Acai memperlakukan Wiranto sekasar itu karena mereka menganggap bisa membeli semuanya,termasuk bisa membeli hukum dan menganggap kebal hukum, beber Wati.

Kalau Mas tidak percaya sambung Wati kepada suaminya, dipersilakan untuk  mengecek langsung atau menanyakan kepada Pak Kades hampir semua lahan di desa ini telah berganti kepemilikannya, jelas Wati dengan nada suara sedikit keras.

Joko kurang lebih 11 tahun tidak pulang ke kampungnya. Pengalaman hidup di ibu kota mengajarkannya bahwa pengalaman yang didapat juga terjadi di kampungnya.

Hidup di kota Joko hanya  mampu mengontrak kamar 3x2 meter sementara hampir sebagian besar pemilik perumahan mewah dan apartemen diuni warga keturunan tiongha sementara kita sebagai warga pribumi asli sebagian pewaris pejuang kemerdekaan hanya sebagian tamu di negeri sendiri.

Apalagi saat ini Jakarta dipimpin seorang bekas keturunan tiongha,  membuat batin ini terluka menyaksikan bagaimana seorang PNS yang telah mengabdi puluhan tahun kepada bangsa dan negara ini mendapat perlakuan yang tidak simpatik sebagai seorang kepala daerah,  jelas  Joko kepada istrinya.

"Kini nasi telah jadi bubur,  masyarakat terperdaya dengan pencitraan pemimpin yang merakyat,  sekarang baru tau rasa bagaimana rasanya dijajah oleh mereka bermata sipit ", tukas Joko menambahkan.

Benar yang mamak katakan, sambung Joko kepada istrinya, kini hampir setiap jengkal tanah di kota -kota besar dan perdesaan telah dikuasai warga keturunan tiongha. Kalau negara Amerika Serikat warga tiongha hanya bisa hidup dikawasan Cina twon sementara di negara Indonesia mereka bebas menguasai dan memiliki lahan di daerah manapun, artinya  semua tanah menjadi kawasan cina town, ungkap Joko dengan nada kesal.

Ungkapan Joko itu disambut tepuk tangan teman-temannya dan warga lainnya yang kebetulan mendengar pembicaraan itu. Selanjutnya disertai teriakan emosional menyadari fakta kondisi yang menimpa bangsa Indonesia saat ini.  @kezen

Selasa, 14 Oktober 2014

SUDAH AMANKAH MENITIPKAN ANAK DI SEKOLAH

Sudah amankah menitipkan anak kita di sekolah?, tentunya ini menjadi pertanyaan besar bagi setiap orangtua siswa,bagaimana tidak hampir setiap hari kasus kekerasan disertai pelecehan seksual terjadi disejumlah sekolah di Indonesia.

Sejatinya kasus kekerasan antar pelajar kembali terulang dan ironisnya kali ini melibatkan pelajar SD di Sumatra Barat hingga berujung keproses hukum.

Lagi, peristiwa yang sama kembali terulang di Medan seorang siswa kelas 5SD menjadi korban kekerasan disertai pelecehan seksual dilakukan teman sekelasnya.

Faktanya berdasarkan data analisis Komisi Perlindungan Anak Indonesia bahwa pada tahun 2010 sedikitnya telah terjadi 2.46 kasus, kemudian pada tahun 2011sedikitnya terjadi 2.463 kasus, selanjutnya pada tahun 2012 terjadi 2.626 kasus dan pada tahun 2013 terjadi 3.339 kasus, sementara itu pada tiga bulan pertama pada tahun 2014 sedikitnya 252 kasus yang dilaporkan.

Komisi Perlindungan Anak menyimpulkan bahwa kasus kekerasan disertai pelecehan seksual setiap tahunnya terus mengalami peningkatan 40 persen setiap tahunnya.

Menurut fisikolog Hj Lisa M.Idaham, bahwa telah terjadi pergeseran nilai -nilai sosial ditengah masyarakat dan lingkungan sekolah, baik itu nilai kesopanan, telorasi, gotong royong dan rasa kepedulian antar  sesama, jelasnya.

Selain itu faktor perkembangan informasi dan teknologi turut memicu tumbuhnya budaya kekerasan dilingkungan pelajar. Untuk itu peran serta guru dan orang tua murid sangat ditutut dalam menanam dan menumbuh kembangkan nilai -nilai sosial dilingkungan keluarga dan sekolah,  jelas Lisa. @kezen 

MEDAN ZOO TERTINGGAL JAUH DARI KBS

"Sangat jauh tertinggal pembangunan dan fasilitas yang tersedia di Medan Zoo bila dibandingkan dengan Kebun Binatang Surabaya (KBS)", ungkap Direktur Pengembangan PD Kota Medan,Sugito Hadi, SE ketika mengunjungi KBS, Sabtu (13/10).

Lanjutnya,  ketika mengunjungi KBS para pengunjung lelah menikmati beragam satwa yang ada, dan ironisnya kondisi itu berbanding terbalik ketika mengunjungi Medan Zoo karena kelelahan pengunjung tidak terobati karena fasilitas dan satwa yang tersedia jauh dari yang diharapkan, ungkap Gito.

Masih menurut Gito, Untuk dapat memanjakan pengunjung Medan Zoo maka diperlukan biaya yang tidak sedikit. Untuk itu dalam waktu dekat ini Medan Zoo akan berbenah diri dengan menambah satwa, infrastruktur dan fasilitas hiburan keluarga, ujarnya.

"lelahnya berbeda  ketika mengunjungi KBS karena  banyak beragam satwa yang bisa dilihat, sedangkan ketika mengunjungi Medan Zoo hanya yang didapat lelah tubuh mengelilingi medan yang luas ", tukas Gito. @kezen

Minggu, 12 Oktober 2014

TUSUK SATE BINJAI MENUSUK PERHATIAN WAGUBSU

Semangat Pemko Binjai untuk meningkatkan dan menumbuh kembangkan ekonomi kerakyatan melalui program pengerajin tusuk sate, kiranya sangat mengusik perhatian Wakil Gubernur Sumatera Utara, H.T Erry Nuradi dengan mengunjungi sekretariat Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan Idaman Binjai Institute (IBI), Jumat (8/10).

"Program pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang dilakukan Pemko Binjai ini telah menusuk-nusuk perhatian saya",ungkap Wagubsu .

Ungkapan Wagubsu itu sangatlah beralasan, karena telah  melihat hasil produksi yang sangat baik juga sistem manajemen pengelolaan yang profesional, sebagaimana dijelaskan Walikota Binjai, HM. Ideham SH, Msi dikesempatan kunjungan tersebut.

Dijelaskan Idaham, masyarakat yang telah mendapat bantuan alat pembuat tusuk sate, juga oleh  IBI sebagai lembaga pendampingan ekonomi kerakyatan mendapat pembinaan cara pengelolaan bambu yang baik.

Selanjutnya juga mengelola  ketersediaan bahan baku dan seterusnya membeli tusuk sate yang dihasilkan dari masyarakat, "masyarakat tidak lagi dipusingkan ketersediaan bahan baku serta pemasarannya  karena telah mendapat pendampingan dari IBI, beber Walikota Binjai kepada Wagubsu.

Masih menurut Idaham, bahwa pangsa pasar masih terbuka lebar bahkan saat ini IBI telah mendapat penawaran ekspor ke Malaysia dan Brunei, jelasnya menambahkan.@kezen 

Sabtu, 04 Oktober 2014

DEMOKRASI "GILA"

"Untuk anak, kok coba-coba", masih ingatkah kita dengan pesan iklan yang satu ini ??, jika melihat kondisi perkembangan demokrasi di negeri Indonesia tercinta ini, sepertinya tidak jahu berbeda dengan iklan diatas, "demokrasi kok coba-coba", khususnya dalam pemilihan kepala daerah.

Faktanya dalam hitungan hari dua undang-undang dilahirkan, sejatinya setelah melalui perdebatan yang keras akhirnya DPR RI mengesahkan UU Nomor 22 Tahun 2014 tentang Pemilihan Umum Kepala Daerah, namum berselang beberapa hari kemudian presiden SBY mengeluarkan Perppu Nomor 1 tahun 2014 pengganti undang-undang tersebut.

Alasannya karena beragam penolakan dari elemen masyarakat yang mengiginkan pemilihan kepala daerah dipilih secara langsung, padahal usulan UU Nomor 22 Tahun 2014 lahir dari eksekutif, dan tentunya kondisi ini sangat membingungkan masyarakat sebagai pemengang hak konstitusi. 

Pertanyaannya, mau dibawa kemana demokrasi di negeri ini ?, beragam commentar menyikapi UU Pilkda vs Perppu, ada yang mendukung bahkan tidak sedikit yang menyesalkannya. 

Yusuf misalnya, caleg DPRD berasal dari salah satu Parpol di Kabupaten Kota Sumatera Utara, dirinya harus menean pil pahit dalam proses demokrasi "gila" yang terjadi didaerahnya. Faktanya tidak sedikit rupiah yang telah digelontorkan Yusuf untuk dapat terpilih sebagai anggota DPRD, segala proses sosialisasi telah dilakukan, mulai dari pengobatan gratis, senam sehat, perjalanan wisata dan terkahir pemberian penganti uang transport ke TPS pagi para pendukungnya juga telah diberikan.

Ironisnya yang terjadi ketika detik-detik dihari pemilihan, ternyata caleg yang berani memberikan uang yang lebih besar yang dipilih masyarakat, sungguh sudah "gila" demokrasi dinegeri ini, masyarakat sudah tidak memiliki hati nurani lagi dan menggunakan akal sehat pada saat memilih wakilnya di DPRD, ungkapnya disebuah kesempatan.  

Berangkat dari pengalaman Yusuf, banyak pelajaran berharga yang bisa dihambil, ternyata sebagian besar masyarakat masih belum dewasa dalam memahami apa itu demkorasi. Bagi masyarakat apa yang bisa didapat dan dirasakan ketika itu, maka itulah yang menjadi dasar pilihan masyarakat dan sudah menjadi rahasia umum bahwa ketika pemilihan berlangsung, masyarakat sudah tidak mempedulikan lag latar belakang celeg yang bakal akan dipilihanya, meski si caleg  tidak memiliki latar belakang pendidikan yang tidak jelas, bandar judi, bahkan gembong penjahat sekalipun asal si celeg memberikan uang yang lebih besar pada saat pemilihan, maka itu yang menjadi pilihannya.

Jika meilhat kembali kebelakang tentang teori Polybios siklus terbentuknya pemerintahan di suatu negara, biladihubungkan dengan kondisi perkembangan demokarasi yang terjadi dinegara kita saat ini. Terbayang dibenak kita akan kebenaran teori tersebut. dimulai dari terbentuknya pemerintahan Monarki yang pada mulanya mendirikan kekuasaan atas rakyat dengan baik dan dapat dipercaya. Lama kelamaan keturunan sang raja (yang kesekian) tidak lagi menjalankan pemerintahan untuk kepentingan umum, bahkan cenderung sewenang-wenang dan menindas rakyat. Sejak itu Monarki bergeser menjadi Tirani.

Dalam situasi pemerintahan tirani yang sewenang-wenang, muncullah kaum bangsawan yang bersekongkol untuk melawan. Mereka bersatu, tampil ke muka melawan (mengadakan pemberontakan) sehingga kekuasaan beralih kepada mereka. Pemerintahan selanjutnya dipegang oleh beberapa orang dan memperhatikan kepentingan umum, serta bersifat balk. 


Sejak saat itulah pemerintahan berubah dari Tirani menjadi Aristokrasi. Aristokrasi yang semula baik dan memperhatikan kepentingan umum lama kelamaan (keturunannya) tidak lagi menjalankan keadilan dan hanya mementingkan diri sendiri. Keadaan itu mengakibatkan pemerintahan Aristokrasi bergeser ke Oligarki. 

Dalam pemerintahan Oligarki yang tidak ada keadilan, rakyat berontak mengambil alih kekuasaan untuk memperbaiki nasib. Rakyat menjalankan kekuasaan negara demi kepentingan rakyat. Akibatnya, pemerintah bergeser menjadi demokrasi.

Namun, pemerintahan demokrasi yang awalnya baik lama kelamaan banyak diwarnai kekacauan, kebobrokan, dan korupsi sehingga hukum sulit ditegakkan. Masing-masing pihak ingin mengatur sendiri. Keadaan itu mengakibatkan bergesernya demokrasi menjadi Okhlokrasi.


Kemudian pemerintahan okhlokrasi ini muncul seorang yang kuat dan berani yang dengan kekerasan dapat memegang pemerintahan. Dengan demikian, pemerintahan kembali dipegang oleh satu orang lagi dalam bentuk monarki.



Perjalanan siklus pemerintahan di atas memperlihatkan pada kita akan adanya hubungan kausal (sebab akibat) antara bentuk pemerintahan yang satu dengan yang lain. Itulah sebabnya Polybios beranggapan bahwa lahirnya pemerintahan yang satu sebagai akibat daripemerintahan yang sebelumnya yang telah ada. @kezen