Rabu, 15 Oktober 2014

KAMI BUKAN TIONGHA, TAPI WARGA KELAS SATU

Joko tidak mampu menutupi kekesalannya menyaksikan rumah beserta ladang peninggalan almarhum orang tuanya telah dikuasai Acai warga keturunan tiongha, bahkan dirinya tidak mampu berbuat banyak melihat Wiranto keponakannya mendapat perlakuan kasar dari Acai karena dianggap tidak becus membersihkan mobil majikannya.

"Kurang ajar sekali si Acai telah  membentak keponakan aku, mentang -mentang sekarang telah menguasai hampir semua tanah yang ada dikampung ini ", ujar Joko kepada istrinya Wati ketika itu.

Sementara itu Wati hanya  bisa berkata, "Yang sabar mas" kepada suaminya, karena saat ini kondisi telah berbeda, ungkap Wati kepada suaminya.

Lanjut Wati, bahwa sebagian besar tanah dan lahan pertanian di desa Ciberem  Kabupaten Deli Serdang  telah dikuasai warga keturunan tiongha, sedangkan warga pribumi hanya bekerja sebagai buruh taninya.

"Mereka tidak lagi menganggap dirinya sebagai warga turunan,tapi sebagai warga kelas satu ", tukas Wati.

Sehingga tidak mengherankan kalau Acai memperlakukan Wiranto sekasar itu karena mereka menganggap bisa membeli semuanya,termasuk bisa membeli hukum dan menganggap kebal hukum, beber Wati.

Kalau Mas tidak percaya sambung Wati kepada suaminya, dipersilakan untuk  mengecek langsung atau menanyakan kepada Pak Kades hampir semua lahan di desa ini telah berganti kepemilikannya, jelas Wati dengan nada suara sedikit keras.

Joko kurang lebih 11 tahun tidak pulang ke kampungnya. Pengalaman hidup di ibu kota mengajarkannya bahwa pengalaman yang didapat juga terjadi di kampungnya.

Hidup di kota Joko hanya  mampu mengontrak kamar 3x2 meter sementara hampir sebagian besar pemilik perumahan mewah dan apartemen diuni warga keturunan tiongha sementara kita sebagai warga pribumi asli sebagian pewaris pejuang kemerdekaan hanya sebagian tamu di negeri sendiri.

Apalagi saat ini Jakarta dipimpin seorang bekas keturunan tiongha,  membuat batin ini terluka menyaksikan bagaimana seorang PNS yang telah mengabdi puluhan tahun kepada bangsa dan negara ini mendapat perlakuan yang tidak simpatik sebagai seorang kepala daerah,  jelas  Joko kepada istrinya.

"Kini nasi telah jadi bubur,  masyarakat terperdaya dengan pencitraan pemimpin yang merakyat,  sekarang baru tau rasa bagaimana rasanya dijajah oleh mereka bermata sipit ", tukas Joko menambahkan.

Benar yang mamak katakan, sambung Joko kepada istrinya, kini hampir setiap jengkal tanah di kota -kota besar dan perdesaan telah dikuasai warga keturunan tiongha. Kalau negara Amerika Serikat warga tiongha hanya bisa hidup dikawasan Cina twon sementara di negara Indonesia mereka bebas menguasai dan memiliki lahan di daerah manapun, artinya  semua tanah menjadi kawasan cina town, ungkap Joko dengan nada kesal.

Ungkapan Joko itu disambut tepuk tangan teman-temannya dan warga lainnya yang kebetulan mendengar pembicaraan itu. Selanjutnya disertai teriakan emosional menyadari fakta kondisi yang menimpa bangsa Indonesia saat ini.  @kezen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar